Ada banyak sekali orang di dunia ini yang ingin merasakan kemapanan finansial di usia semuda mungkin. Salah satu di antara sekian banyak orang yang berhasil mewujudkan mimpinya untuk dapat uang sambil tetap rebahan adalah Lo Kheng Hong. Berhasil memiliki saham dengan nilai total Rp2,5 triliun pada tahun 2021 silam, investor yang lahir di Jakarta pada 20 Februari 1959 itu layak disebut sebagai investor saham tersukses di Indonesia.
Buat kamu yang juga ingin merasakan financial freedom dari investasi saham, kamu bisa belajar dari sejarah Lo Kheng Hong yang penuh inspirasi berikut ini!
Berasal Dari Keluarga yang Kurang Mampu
Jika banyak orang yang memiliki kekayaan dari orang tuanya, tidak demikian dengan Lo Kheng Hong. Lahir sebagai sulung dari 3 bersaudara, masa kecil sang investor tidak bisa dibilang bahagia. Ayahnya yang berasal dari Pontianak, merantau ke Jakarta demi mengadu nasib. Lo Kheng Hong bahkan menghabiskan masa kecilnya dalam sebuah rumah sempit berukuran 4 x 10 meter.
Rumah yang terletak hanya setengah meter di bawah jalan raya itu dibangun tanpa plafon. Temboknya terbuat dari papan. Keterbatasan kondisi keuangan membuat keluarga Lo Kheng Hong tak punya dana untuk memperbaiki rumah mereka yang selalu kebanjiran saat hujan deras mengguyur Jakarta.
Pasca lulus dari SMA di tahun 1979, Lo Kheng Hong tidak bisa meneruskan pendidikannya ke bangku kuliah karena keterbatasan dana. Satu-satunya yang bisa dilakukannya agar bisa berkuliah adalah mencari uang sendiri.
Setelah melamar pekerjaan ke sana-sini, Lo Kheng Hong akhirnya diterima di PT. Overseas Express Bank (OEB) sebagai tata usaha. Dengan posisi saat itu, penghasilannya tentu tidak besar. Namun dia bertekad untuk bisa meneruskan kuliah sampai lulus. Berkat kemampuannya hidup berhemat, Lo Kheng Hong berhasil melunasi uang masuk kuliahnya yang waktu itu hanya sebesar Rp50.000 dan uang bulanan masih Rp10.000.
Posisinya sebagai pegawai tata usaha membuatnya banyak berurusan dengan surat-surat seperti kwitansi, faktur, jaminan kredit dan lain sebagainya. Dari sinilah dia mulai memahami cara kerja dan sistem keuangan di bank.
Selama 11 tahun bekerja di bank, posisinya ternyata tidak kunjung berubah. Pasalnya, bank tempat Lo Kheng Hong bekerja sama sekali tidak berekspansi. Untungnya, dari gajinya yang seadanya itu, dia masih bisa menabung dalam bentuk deposito.
Awal Mula Kenal Saham hingga Jadi Full Time Investor
Perkenalan Lo Kheng Hong dengan dunia saham dan pasar modal dimulai pada tahun 1980. Dibandingkan dengan Warren Buffet yang sudah mulai berinvestasi di usia dini dengan membeli saham pertamanya saat usia 11 tahun, Lo Kheng Hong yang waktu itu sudah berumur 30 tahun bisa dibilang tertinggal jauh. Dari segi modal, dirinya pun sangat terbatas karena hanya mengandalkan tabungan dari gajinya sebagai tata usaha yang terbilang kecil.
Namun, itu sama sekali bukan halangan bagi Le Kheng Heog. Sama sekali tidak berniat ingin menjadi sebesar Warren Buffett, dia hanya melakukan apa yang disanggupinya. Tekun dan disiplin menyisihkan uang, dia terus menambah jumlah saham miliknya. Langkah ini dilakukannya karena selama belasan tahun bekerja, kariernya tidak berkembang ke mana-mana. Baik dari segi posisi maupun penghasilan.
Jika melihat bagaimana awal mula Lee Kheng Hong menapaki dunia pasar modal, pasti banyak yang tidak akan percaya bagaimana ia berhemat untuk memulai sepak terjangnya. Saat orang lain uangnya selalu habis karena belanja, dia memilih untuk menabung dalam bentuk saham.
Salah satu langkah yang dilakukannya dalam berinvestasi saham adalah dengan membeli saham ketika sedang IPO. Pernah dia membeli saham IPO yang dijual dengan harga awal Rp7.250, tak lama nilainya melesat hingga Rp35.000.
Lee Kheng Hong tentu tidak langsung sukses begitu dia membeli saham. Produk saham pertama yang dibelinya adalah milik PT Gajah Surya Multi Finance. Pembelian yang dilakukannya ketika perusahaan melakukan IPO itu ternyata berbuntut kerugian. Harganya merosot tajam dan membuat Lo Kheng Hong terpaksa menjualnya meski harus buntung.
Untungnya, hal tersebut tidak membuat langkahnya terhenti. Alih-alih merasa kapok, dia justru semakin giat belajar tentang saham. Dari sinilah dia menemukan banyak trik berinvestasi saham dari Warren Buffet. Sosok investor populer dunia itulah yang memberinya banyak pengetahuan dan mengajarinya langkah-langkah investasi saham yang cerdas.
Sampai sekarang, konon Lo Kheng Hong punya lebih dari 40 buku investasi yang ditulis oleh Buffett. Beberapa dari buku-buku itu bahkan ada yang sudah dibacanya lebih dari 3 kali.
Seiring dengan bertambahnya pengetahuan Lee Kheng Hong di bidang saham, kariernya pun turut membaik. Pada tahun 1990, dia memutuskan pindah bekerja di Bank Ekonomi. Posisinya pun berubah dari tata usaha menjadi staf pemasaran. Gajinya yang awalnya hanya Rp300.000 per bulan, naik 200% menjadi Rp900.000.
Karena keterampilan dan relasi yang dimilikinya di kantor sebelumnya, dia berhasil membawa nasabah di bank lama ke bank baru tempatnya bekerja. Berkat prestasinya, dia langsung diangkat sebagai kepala cabang. Secara otomatis, gajinya pun ikut naik. Tapi ini sama sekali tak membuatnya mengubah prinsip hidup hemat yang diterapkannya selama ini. Dia tetap membeli saham secara disiplin.
Pada tahun 1996 setelah melewati masa kerja 17 tahun, Lee Kheng Hong memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus menjalani profesi sebagai full time investor.
Puncak Kesuksesan Investasi Lo Kheng Hong
Jika kita melihat sejarah Lo Kheng Hong, sang investor terbilang telah berhasil mencatatkan banyak kesuksesan. Di antara sekian banyak produk saham yang dibeli, ada 2 saham yang berhasil memberinya keuntungan yang luar biasa. Kedua saham itu adalah UNTR dan MBAI.
UNTR atau saham PT. United Tractor Tbk dibeli oleh Lo Kheng Hong di tahun 1998. Waktu itu harganya masih Rp250 per lembar. Waktu itu dia membeli sebanyak 6 juta lembar saham. Enam sampai delapan tahun kemudian, dia menjual saham tersebut dengan keuntungan mencapai 5.900% dari harga belinya.
Saham kedua yang menjadi titik balik kesuksesannya adalah MBAI milik PT Mutibreeder Adirama Indonesia Tbk. Tahun 2005 ketika Lo Kheng Hong membeli saham MBAI, harganya masih Rp250 per lembar. Tahun 2011, dia menjualnya dengan keuntungan sebesar Rp195,8 miliar.
Sudah Kaya Tapi Tetap Sederhana
Satu hal penting lain yang perlu kita tiru dari sosok Lo Kheng Hong adalah kesederhanaannya. Meski sudah kaya, dia tetap tidak menghabiskan uangnya untuk berfoya-foya. Baginya, barang yang dibeli itu yang penting sesuai dengan fungsinya. Untuk mobil saja misalnya, dia hanya mengandalkan Mitsubishi Minicab yang harganya murah.Bagi Lo Kheng Hong, berhemat adalah salah satu upaya menunda kenikmatan. Dengan bersabar sekarang, dia yakin bisa menikmati sesuatu yang lebih besar nantinya. Hal ini lantas menjadi biasaan yang terus diterapkannya sampai saat ini. Ingin belajar sukses dari sejarah Lo Kheng Hong juga?