Setiap langkah keuangan yang kamu lakukan perlu rencana agar bisa berjalan dengan baik. Sesuatu yang dilakukan tanpa rencana umumnya tidak akan berakhir dengan baik. Termasuk ketika kamu melakukan trading saham. Buat rencana trading saham untuk setiap aktivitas trading kamu sebagai pedoman ketika melakukan keputusan transaksi.
Adanya perencanaan tidak hanya memudahkan kamu dalam mengambil keputusan saat trading, tapi juga membantu kamu dalam mecapai tujuan. Rencana trading saham wajib dimiliki tidak hanya oleh trader, tapi juga investor saham. Supaya tidak salah langkah dalam melakukan trading, simak 3 langkah membuat rencana trading berikut ini!
Langkah 1: Menentukan Target Bulanan, Bukan Harian
Menentukan target adalah hal yang paling penting. Ketika kamu melakukan sesuatu tanpa target, maka kamu akan kesulitan dalam mengambil keputusan. Contohnya saja ketika kamu mendapati harga saham yang kamu beli ternyata anjlok hari ini dan kamu memutuskan untuk jual rugi. Padahal kalau dipertahankan, akan ada kemungkinan harganya naik kembali.
Memiliki target akan mencegah kamu membuat keputusan yang impulsif. Agar semakin mudah, buatlah target bulanan, jangan target harian. Dengan begitu, kamu bisa lebih mudah menyusun rencana yang tepat untuk bisa mencapainya. Kalau kamu hanya punya modal sedikit, perbesar persentasenya dan sebaliknya.
Hal selanjutnya yang harus diperhatikan dalam menentukan target adalah memahami kondisi aktual di lapangan. Jumlah uang yang kamu alokasikan akan menentukan tercapai atau tidaknya target kamu. Jangan lupa untuk menyiapkan dana cadangan untuk keperluan di luar alokasi.
1. Tentukan Time Frame yang Tepat
Time frame merupakan periode candle dalam grafik yang akan dianalisis. Jika kamu ingin melakukan analisis secara teknikal, aturan dasarnya adalah hindari melawan tren. Kalau terjadi pergerakan harga dalam tren turun, sebaiknya kamu tidak membeli. Sebaliknya, saat ada pergerakan harga dalam tren naik, belilah di harga bawah dan jual di harga atas agar kamu bisa memperoleh profit.
Jangan hanya memanfaatkan grafik time frame bawaan (1D/Daily). Gunakan juga tren yang lebih besar yakni 1W/Weekly dan 1M/Monthly. Hindari juga terlalu fokus pada tren yang besar dan lupa turun ke time frame yang sempit karena biasanya sinyal untuk jual dan beli lebih akurat dalam time frame yang kecil.
2. Catat Semua Transaksi
Untuk mengetahui pencapaian investasi yang kamu buat, kamu perlu mencatat semua transaksi yang dilakukan. Buat sebuah tabel Excel di mana kamu mendata setiap pembelian dan penjualan serta profit yang diperoleh. Tentukan pula apakah langkah yang sudah kamu lakukan sesuai dengan target atau tidak.
Dari catatan transaksi, kamu juga bisa mengetahui karakter dari saham yang sudah kamu beli. Ini akan memudahkan kamu menentukan langkah jual atau beli di masa depan.
Langkah 2: Fokus pada Pertumbuhan Masa Depan, Bukan Masa Lalu
Semua orang yang berinvestasi pasti mengharapkan saham perusahaan yang dibelinya mengalami pertumbuhan yang positif. Sayangnya, banyak yang hanya fokus pada kinerja masa lalu dari produk saham yang dibeli, alih-alih melihat potensi pertumbuhannya di masa depan.
Saham yang dicari oleh para investor yang mengincar pertumbuhan masa depan (growth investing) umumnya terlihat lebih mahal dari pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut saat ini. Tapi potensi pengembalian atau return-nya berpotensi besar mendatangkan keuntungan yang tinggi. Sebaliknya ketika saham gagal, investor akan merugi. Itulah kenapa growth investing disebut berisiko tinggi. Bisnis seperti apa yang memiliki saham growth investing?
1. Peluang Pasar yang Besar dan Berkembang
Untuk bisa memperoleh keuntungan 10% per tahun selama periode yang lama, sebuah perusahaan harus mengincar peluang pasar yang besar. Perusahaan yang sedang berkembang biasanya adalah perusahaan yang memulai menjadi pemimpin dalam ceruk spesifik dan industri yang menjanjikan lalu berkembang ke pasar yang berdekatan untuk memperluas pasar yang ditargetkan.
Seiring waktu, pasar baru tersebut memungkinkan perusahaan terus meningkatkan pendapatan dan memperluas landasan untuk tumbuh di masa depan dalam jangka panjang. Contoh nyata yang bisa kamu lihat adalah Amazon yang awalnya fokus pada penjualan buku dan memperluas disrupsinya ke bisnis ritel.
2. Model Bisnis dengan Pembelian Berulang
Bisnis yang baik adalah menghasilkan produk yang dibeli oleh pelanggan setia. Perusahaan yang berkembang menekankan produk yang akan mendatangkan pelanggan dalam jangka panjang. Mereka juga akan menjual produk yang bisa dikonsumsi dengan cepat dan mengharuskan pelanggan membeli lagi secara teratur di masa depan.
Contohnya adalah Starbucks yang berkembang bahkan di masa sulit karena pelanggan datang setiap hari untuk membeli kopi mereka. Sebaliknya, GoPro justru punya pertumbuhan terbatas karena produk mereka tahan lama dan biasanya hanya dibeli sekali saja oleh konsumennya.
3. Bisnis dengan Pemimpin Berbakat
Salah satu tips dalam memilih saham yaitu memilih perusahaan yang pemimpinnya sangat berkominten pada misi perusahaan dan bertekad membuat bisnisnya sukses. Punya seorang pemimpin yang track recordnya baik adalah indikator untuk keuntungan harga saham dalam jangka panjang. Contohnya saja Facebook dengan Mark Zuckerberg atau Reed Hasting di Netflix.
Selain itu, lihat juga apakah para pemimpin ini punya jumlah saham yang besar dalam perusahaan. Semakin besar saham yang mereka miliki, semakin besar tingkat kepercayaan mereka pada potensinya di masa depan. Artinya, kamu juga bisa mempercayainya.
4. Jangan Berinvestasi pada Bisnis yang Tidak Kamu Pahami
Warren Buffett pernah berkata, “Never invest in a business you cannot understand”. Banyak sekali produk saham di pasaran yang sedang naik daun jadi berbahaya untuk seorang investor. Ini karena mereka cenderung membeli tanpa paham bagaimana cara kerja bisnis tersebut.
Buffett misalnya, dikenal tidak begitu paham tentang teknologi. Itulah sebabnya kenapa saat Google IPO pada tahun 2004 silam, dia tidak membeli saham mereka. Buffett merasa tidak perlu berinvestasi karena dia tidak tahu bagaimana cara Google memperoleh keuntungan.
Langkah 3: Buat Rencana Trading Sesuai Kemampuan
Dalam berinvestasi saham, ada yang namanya lingkaran kompetensi atau area yang kamu pahami dengan baik. Kamu tidak bisa meneliti semua perusahaan yang ada untuk memilih perusahaan mana yang bisa memberikan paling banyak keuntungan. Buatlah daftar kualitatif dan kuantitatif perusahaan sebanyak 5 sampai maksimal 20 dan temukan mana yang terbaik dari sana. Lihat bagaimana sistem manajemen perusaaan dan bagaimana cara perusahaan memperlakukan konsumen dan karyawannya karena itu secara langsung juga akan berpengaruh pada pertumbuhan bisnis mereka di masa depan.
Jangan lupa untuk melihat tingkat likuiditas perusahaan. Berinvestasi di perusahaan yang tingkat likuiditasnya rendah akan membuat kamu sulit keluar seandainya terjadi kerugian. Ingat, hal terpenting dalam investasi adalah menghindari uang mati dan mempertahankan modal.Itulah beberapa cara buat rencana trading yang bisa kamu terapkan. Ingat bahwa investasi itu bukanlah tujuan melainkan kendaraan untuk meraih tujuan. Dengan memiliki kendaraan yang baik, semakin cepat kamu mencapai targetmu.